Semakin bertambahnya usia membuat pergaulan kita manjadi dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang selalu tampak didepan kita. Itulah yang terjadi kepada saya. Dahulu ketika semasa SMA saya masih seperti anak lugu yang hanya memikirkan pelajaran dan pendidikan, seakan mengabaikan waktu bermain, bersosialisasi dengan teman, seta bersenang-senang seperti anak SMA pada umumnya. Waktu-waktu saya hanya berkutat pada rumah-sekolah-les-rumah lagi. Itu saja. Eh tidak itu saja, saya juga sering berkunjung ke rumah Pak Edi, guru favorit dan kebanggaan saya sewaktu di SMA. Sudah lama saya tidak bertemu beliau lagi, semoga beliau selalu diberikan kesehatan dan keselamatan oleh Allah SWT Amin. Balik lagi ke topik. Sewaktu SMA pun lingkungannya masih baik, dimana laki-laki dan perempuan masih bergaul seperti biasa. Tidak banyak yang membuat pernyataan “saya punya pacar namanya …”. Itulah yang membuat saya nyaman dengan lingkungan yang sesuai dengan saya.
Semakin bertambahnya usia maupun level pendidikan seseorang, tentu pergaulannya pun akan berbanding lurus pula. Hal itulah yang saya alami. Pada saat masih duduk di bangku SMA semua teman saya belum banyak yang ‘punya pacar’. Namun ketika sekarang di bangku kuliah, pergaulan yang semakin luas dan banyak juga yang ‘punya pacar’. Ada temen yang pacarannya biasa-biasa saja, ada yang sedikit deket, dan ada pula yang deketnya itu melebihi suami istri. Loh! Itulah perilaku anak jaman sekarang. Cari temen cewek (baca: pacar) untuk dijadikan tambatan sementara untuk persiapan sebelum menjalani hubungan yang sebenarnya. Berarti pacaran itu cuma untuk bermain-main?
Oke sekarang saya akan berikan pandangan dan pendapat saya. Bagi saya, dan mungkin semua orang yang setuju dengan saya, bahwa pacaran itu bukanlah ajang untuk belajar sebelum menjalin hubungan serius dengan lawan jenis. Kalau anda pacaran, berarti anda hanya memanfaatkan hati anak orang. Kenapa demikian? Ya karena anak orang yang anda pacarin itu tidak sah hubungannya. Tidak dilandasi oleh hubungan yang sah. Pacar Anda hanya akan dijadikan mainan hiburan, dan kalau sudah tidak merasa cocok akan mencari lagi dan mungkin akan selalu mengulangnya. Ada juga teman saya yang punya pacar hanya untuk agar terlihat dirinya ‘laku’. Aneh bukan, pacaran hanya untuk memperluhatkan status mereka ke orang lain. Itu kan status palsu. Banyak deh modus orang-orang yang meng-halalkan pacaran.
Sebenernya buat apa sih pacaran? Bagi saya pacaran itu hanya menambah beban pikiran, derita hidup, dan bagi anak kos harus berbagi makan berdua di tempat makan. Pacaran dapat menambah beban pikiran? Ya betul. Ketika anda pacaran, maka anda akan dihadapkan masalah baru yaitu menjajaki segala hal dengan pacar anda. Apa bila pacar anda punya masalah maka anda akan dihadapkan itu untuk anda pecahkan. taukah anda bahwa anda pun punya masalah tersendiri. Anda ikut dihadapkan masalah pada orang yang bukan siapa-siapa anda. Sungguh kelelahan yang tiada guna.
Bagi saya, pacaran itu tidak perlu. Kalaupun saya suka dengan perempuan itupun saya akan bersikap biasa. Karena saya meyakini kalaupun saya bilang saya suka itupun tidak bernilai baginya dan hanya akan merubah sikap perempuan itu kepada kedua orang tuanya. Kalau memang sudah saatnya, maka saya akan bilang sama kedua orang tua nya bahwa saya menyukainya dan saya ingin serius menjalani hubungan yang lebih serius. Menjalani hubungan serius dengan orang lain itu seperti menggabungkan dua keluarga menjadi satu. Dan itu tidak bisa dibuat main-main dan mengatasnamakan “pacaran” saja.